Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
- The Fed mengumumkan penurunan suku bunga federal fund sebesar 25 basis poin pada Desember 2024, menandai penurunan ketiga berturut-turut tahun ini dan membawa biaya pinjaman ke kisaran 4,25%-4,5%, sejalan dengan ekspektasi. Apa yang disebut dot plot menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan saat ini mengantisipasi hanya dua penurunan suku bunga pada tahun 2025, dengan total 50 basis poin.
- The Fed juga merevisi perkiraan pertumbuhan PDB ke atas untuk tahun 2024 (2,5%), 2025 (2,1%), dan tetap stabil di 2% untuk tahun 2026.
- Demikian pula, proyeksi inflasi PCE telah disesuaikan lebih tinggi untuk tahun 2024 (2,4%), 2025 (2,5%), dan 2026 (2,1%).
- Di sisi lain, pengangguran terlihat lebih rendah tahun ini (4,2%) dan pada tahun 2025 (4,3%) sementara proyeksi dipertahankan pada 4,3% untuk tahun 2026.
- Ekonomi AS berkembang pada tingkat tahunan sebesar 3,1% pada kuartal ketiga 2024, lebih tinggi dari perkiraan kedua sebesar 2,8% dan di atas pertumbuhan 3% yang tercatat di kuartal kedua. Ini menandai tingkat pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun ini.
- Pendapatan pribadi AS naik 0,3% secara bulanan pada November 2024, kenaikan terkecil dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, pengeluaran pribadi di Amerika Serikat naik 0,4% mom vs 0,3% mom di bulan Oktober.
- Surplus perdagangan Indonesia melonjak menjadi USD 4,42 miliar di bulan November, naik dari surplus USD 2,41 di bulan Oktober. Ini menandai surplus perdagangan terbesar sejak Juli, terutama karena lonjakan ekspor. Ekspor tumbuh 9,14% yoy sementara impor hanya meningkat 0,01% yoy di bulan November.
- Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya pada level 6% pada pertemuan Desember 2024. Keputusan tersebut bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian konsumen global.
- Pertumbuhan kredit di bulan November tercatat 10,79% yoy, sedikit menurun dari pertumbuhan 10,92% yoy di bulan Oktober. Pertumbuhan uang beredar M2 untuk bulan November akan dirilis minggu ini. Di bulan Oktober, uang beredar M2 tumbuh 6,7% secara tahunan (YoY). Selama terus mencatatkan pertumbuhan positif, hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih berada di jalur yang positif.
Indeks Harga Saham Gabungan turun sebesar -4,65% secara mingguan ke level 6.983,87. IHSG diperkirakan akan tetap berada di wilayah positif hingga akhir Desember, karena nilai tukar rupiah terhadap dolar telah mencapai level Rp16.000 dan kemungkinan akan menguat karena intervensi Bank Indonesia untuk menjaga nilai tukar di bawah Rp16.000.
Selain itu, bank-bank telah melaporkan kinerja mereka di bulan November yang relatif sesuai dengan ekspektasi. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 4,09 triliun selama sepekan terakhir, sehingga arus masuk tahun berjalan (YTD) menjadi Rp 15,84 triliun.
Tiga sektor penurunan paling tinggi adalah Bahan Dasar, Properti & Real Estate, dan Teknologi yang masing-masing turun sebesar -8.21%, -6.14%, dan -5.63% secara mingguan.
Pada tanggal 20 Desember 2024, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 5 tahun (FR0101) meningkat menjadi 6,96%, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun (FR0100) tetap datar di level 7,05%. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 15 tahun (FR0098) meningkat menjadi 7,11%, dan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 20 tahun (FR0097) naik menjadi 7,12%.
Imbal hasil obligasi INDON bertenor 10 tahun (INDON 34) naik menjadi 5,37%, sedangkan imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun juga naik menjadi 4,52% dibandingkan dengan level pada tanggal 13 Desember 2024 yang masing-masing sebesar 5,12% dan 4,39%.
Premi risiko Indonesia, yang tercermin dari CDS 5 tahun, naik menjadi 75,77 bps. Sementara itu, rupiah terdepresiasi sebesar 1,31% ke level Rp16.222.
Per 16 Desember 2024, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) tercatat sebesar IDR 883,11 triliun (14,65% dari total outstanding), hampir tidak berubah dari posisi 13 Desember 2024 yang tercatat sebesar IDR 883,86 triliun (14,66% dari total outstanding).
The Fed mengadopsi kebijakan moneter ekspansif pada tahun 2024, menurunkan suku bunga acuan dengan total 100 basis poin secara year-to-date. Perekonomian AS tetap berada di jalur yang tepat untuk melakukan soft landing, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 2,5% year-on-year (YoY) pada tahun 2024 dan 2,1% YoY pada tahun 2025.
Demikian pula, Bank Indonesia diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada tahun 2024, yang diantisipasi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pasar obligasi akan bereaksi positif, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, diikuti oleh kinerja IHSG yang kuat.
Market Data:
JCI | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
6,983 | 7,05 | 5,37 | 4,52 | 16.222 |
Economic Data:
Indonesia Trade Balance November (USD) | Indonesia Export November (% YoY) | Indonesia Import November (% YoY) |
4,42 B | 9,14 | 0,01 |