Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Kita saat ini sudah memasuki sebuah era
tatanan perdagangan dunia baru yang sangat susah diprediksi ke depannya sejak
Presiden Trump mendeklarasikan Liberation Day pada tanggal 2
April yang lalu. Dengan telah resmi diumumkannya Liberation Day tersebut,
Amerika (AS) mulai tanggal 5 April akan memberlakukan tarif import dasar
sebesar 10%, dengan sebagian besar negara menghadapi tingkat import tarif yang
didasarkan pada perhitungan defisit perdagangan AS sebagai bagian dari ekspor
dari negara tersebut. Akibatnya adalah produk ekspor Indonesia ke AS akan
dikenakan tarif sebesar 32%, Tiongkok 34%, Thailand 36%, Vietnam 46%, dan
seterusnya (Lihat Exhibit 1). Produk Industri Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT), Peralatan Mesin, dan CPO masing-masing menyumbang 27%, 15%, dan
8% dari total ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2024 (Lihat Exhibit 2).
Tiongkok langsung menyatakan pada hari
Jumat (4 April) lalu bahwa mereka akan mengenakan tarif timbal balik sebesar
34% terhadap semua produk impor dari AS efektif 10 April. Bila semakin banyak
negara-negara dunia yang melakukan retaliasi balik terhadap kebijakan tarif AS
tersebut, pertumbuhan perekonomian dunia akan sangat terdampak negatif karena
daya beli masyarakat AS juga sudah menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Perusahaan-perusahaan di Amerika pun akan terdampak negatif karena biaya
produksi yang meningkat banyak karena kebijakan tarif AS tersebut. No
one wins in the short term.
Kebijakan kenaikan tarif AS yang begitu besar tersebut sebelumnya tidak
diantisipasi oleh para investor global. Kebijakan kenaikan tarif AS sebesar ini
hanya pernah terjadi dua kali dalam sejarah AS: a) Tahun 1828 (beberapa
tarif melonjak lebih dari 45%-50%), dan b) tahun 1930 (tarif
rata-rata 40% dikenakan pada kurang lebih 20.000 produk yang memicu retaliasi
dari negara-negara lain dan mengakibatkan volume perdagangan dunia turun lebih
dari 60% pada tahun 1929-1934). Bila kebijakan tarif AS ini tidak ada ruang
negosiasi, tarif AS bisa melonjak ke kisaran 20%-30% dari sekitar di bawah 5%
di tahun 2024 (lihat exhibit 3). Reaksi dan sentimen utama dari
investor global paling jelas adalah terjadinya koreksi harian pasar saham AS
pada tanggal 3 April lalu yang merupakan koreksi kedua paling terjal dalam
sejarah di AS sejak tahun 2021 (Lihat Exhibit 4).
Kami melihat tren volatilitas pasar modal
global masih akan terus berlanjut dalam beberapa minggu mendatang kecuali jika
terdapat terobosan signifikan dalam negosiasi bilateral ataupun multilateral
antara negara-negara yang terdampak tarif dengan AS sehingga kerangka kerja
perdagangan dunia yang baru bisa terbentuk lebih jelas. Tribunnews pada
hari Sabtu (5 April) melansir bahwa Presiden Prabowo bersama pemimpin empat
negara anggota ASEAN lainnya (Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei) telah
berkomunikasi membahas kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS)
tersebut. Para menteri ekonomi ASEAN akan menggelar pertemuan pada pekan depan
menindaklanjuti pembicaraan pimpinan empat negara tersebut dalam rangka
merumuskan solusi terbaik menghadapi penerapan tarif resiprokal AS tersebut.
Kita semua berharap ada terobosan-terobosan positif mengenai perkembangan
negosiasi antara ASEAN dan AS dalam beberapa minggu ke depan.
Disclaimer:
Publikasi ini bukan merupakan suatu bentuk tawaran untuk menjual atau membeli
efek atau derivatifnya yang termuat dalam publikasi ini. Isi dari publikasi ini bukan merupakan nasehat
investasi kepada pihak manapun. Rekomendasi yang termuat dalam publikasi ini
belum tentu sesuai untuk setiap calon investor. Meskipun seluruh informasi yang
termuat dalam publikasi ini diperoleh dari sumber yang kami percaya, namun kami
tidak menjamin keakuratan dan kelengkapannya. Pendapat dan rekomendasi yang
termuat dalam publikasi ini berlaku terbatas pada tanggal pembuatan dan setiap
saat dapat berubah dan diubah oleh PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) tanpa
pemberitahuan sebelumya. BRI-MI tidak berkewajiban memperbaharui atau menambahi
informasi yang termuat dalam publikasi ini. Publikasi
ini ditujukan sebagai informasi dan tidak bertujuan untuk membentuk suatu
keputusan investasi. Investor harus menetapkan sendiri setiap karyawan dan
afiliasinya tidak bertanggung jawab terhadap setiap keputusan investasi yang diambil
oleh investor.