Artikel
Tatanan Perdagangan Dunia Baru
Berita Utama | 09-Apr-2025 09:30:32 - by boadminit2

Kita saat ini sudah memasuki sebuah era tatanan perdagangan dunia baru yang sangat susah diprediksi ke depannya sejak Presiden Trump mendeklarasikan Liberation Day pada tanggal 2 April yang lalu. Dengan telah resmi diumumkannya Liberation Day tersebut, Amerika (AS) mulai tanggal 5 April akan memberlakukan tarif import dasar sebesar 10%, dengan sebagian besar negara menghadapi tingkat import tarif yang didasarkan pada perhitungan defisit perdagangan AS sebagai bagian dari ekspor dari negara tersebut. Akibatnya adalah produk ekspor Indonesia ke AS akan dikenakan tarif sebesar 32%, Tiongkok 34%, Thailand 36%, Vietnam 46%, dan seterusnya (Lihat Exhibit 1). Produk Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Peralatan Mesin, dan CPO masing-masing menyumbang 27%, 15%, dan 8% dari total ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2024 (Lihat Exhibit 2).

Tiongkok langsung menyatakan pada hari Jumat (4 April) lalu bahwa mereka akan mengenakan tarif timbal balik sebesar 34% terhadap semua produk impor dari AS efektif 10 April. Bila semakin banyak negara-negara dunia yang melakukan retaliasi balik terhadap kebijakan tarif AS tersebut, pertumbuhan perekonomian dunia akan sangat terdampak negatif karena daya beli masyarakat AS juga sudah menurun dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan-perusahaan di Amerika pun akan terdampak negatif karena biaya produksi yang meningkat banyak karena kebijakan tarif AS tersebut. No one wins in the short term.

Kebijakan kenaikan tarif AS yang begitu besar tersebut sebelumnya tidak diantisipasi oleh para investor global. Kebijakan kenaikan tarif AS sebesar ini hanya pernah terjadi dua kali dalam sejarah AS: a) Tahun 1828 (beberapa tarif melonjak lebih dari 45%-50%), dan b) tahun 1930 (tarif rata-rata 40% dikenakan pada kurang lebih 20.000 produk yang memicu retaliasi dari negara-negara lain dan mengakibatkan volume perdagangan dunia turun lebih dari 60% pada tahun 1929-1934). Bila kebijakan tarif AS ini tidak ada ruang negosiasi, tarif AS bisa melonjak ke kisaran 20%-30% dari sekitar di bawah 5% di tahun 2024 (lihat exhibit 3). Reaksi dan sentimen utama dari investor global paling jelas adalah terjadinya koreksi harian pasar saham AS pada tanggal 3 April lalu yang merupakan koreksi kedua paling terjal dalam sejarah di AS sejak tahun 2021 (Lihat Exhibit 4).

Kami melihat tren volatilitas pasar modal global masih akan terus berlanjut dalam beberapa minggu mendatang kecuali jika terdapat terobosan signifikan dalam negosiasi bilateral ataupun multilateral antara negara-negara yang terdampak tarif dengan AS sehingga kerangka kerja perdagangan dunia yang baru bisa terbentuk lebih jelas.  Tribunnews pada hari Sabtu (5 April) melansir bahwa Presiden Prabowo bersama pemimpin empat negara anggota ASEAN lainnya (Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei) telah berkomunikasi membahas kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) tersebut. Para menteri ekonomi ASEAN akan menggelar pertemuan pada pekan depan menindaklanjuti pembicaraan pimpinan empat negara tersebut dalam rangka merumuskan solusi terbaik menghadapi penerapan tarif resiprokal AS tersebut. Kita semua berharap ada terobosan-terobosan positif mengenai perkembangan negosiasi antara ASEAN dan AS dalam beberapa minggu ke depan.

 

Disclaimer:
Publikasi ini bukan merupakan suatu bentuk tawaran untuk menjual atau membeli efek atau derivatifnya yang termuat dalam publikasi ini.
Isi dari publikasi ini bukan merupakan nasehat investasi kepada pihak manapun. Rekomendasi yang termuat dalam publikasi ini belum tentu sesuai untuk setiap calon investor. Meskipun seluruh informasi yang termuat dalam publikasi ini diperoleh dari sumber yang kami percaya, namun kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapannya. Pendapat dan rekomendasi yang termuat dalam publikasi ini berlaku terbatas pada tanggal pembuatan dan setiap saat dapat berubah dan diubah oleh PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) tanpa pemberitahuan sebelumya. BRI-MI tidak berkewajiban memperbaharui atau menambahi informasi yang termuat dalam publikasi ini.
Publikasi ini ditujukan sebagai informasi dan tidak bertujuan untuk membentuk suatu keputusan investasi. Investor harus menetapkan sendiri setiap karyawan dan afiliasinya tidak bertanggung jawab terhadap setiap keputusan investasi yang diambil oleh investor.