Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
United States
- Data penjualan ritel bulan Maret naik 1,4% mom, sesuai dengan ekspektasi dan lebih tinggi dari pertumbuhan 0,2% mom yang tercatat di bulan Februari.
- PMI manufaktur global S&P AS untuk bulan April akan dirilis minggu ini dan diperkirakan akan memasuki fase kontraksi di 49,3, dibandingkan dengan angka ekspansif 50,2 di bulan Maret.
- Presiden AS Donald Trump telah mengisyaratkan potensi jeda dalam kenaikan tarif terhadap China, mengutip kekhawatiran atas belanja konsumen. Meskipun tarif untuk barang-barang China telah mencapai 145%, kedua belah pihak tampaknya enggan untuk meningkatkannya lebih lanjut, dengan China menyatakan tidak akan terlibat dalam “permainan angka”. Trump juga mencatat bahwa kesepakatan divestasi TikTok akan ditunda sampai masalah perdagangan yang lebih luas diselesaikan.
- Bank Sentral Eropa telah memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kalinya pada tahun 2025, menurunkannya sebesar 25 bps di tengah kekhawatiran atas prospek pertumbuhan ekonomi zona euro selama periode ketidakpastian seputar perdagangan dan tarif global.
China
- Yuan berada di bawah tekanan karena meningkatnya ketegangan perdagangan antara Beijing-Washington. People's Bank of China mempertahankan suku bunga dasar pinjaman tidak berubah pada 3,1% untuk pinjaman berjangka waktu 1 tahun dan 3,6% untuk pinjaman berjangka waktu 5 tahun, sejalan dengan ekspektasi pasar.
- Cadangan devisa Indonesia di bulan Maret naik menjadi US$ 157,1 miliar, naik dari US$ 154,5 miliar di bulan Februari.
- Indeks kepercayaan konsumen di bulan Maret tetap berada pada fase optimisme di atas 100, tercatat sebesar 121,1, meskipun menurun dari 126,4 di bulan Februari.
- Neraca perdagangan bulan Maret diperkirakan akan mencatat surplus sebesar US$ 2,87 miliar, lebih rendah dari surplus US$ 3,12 miliar yang tercatat di bulan Februari.
- Bank Indonesia dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan kebijakan minggu ini, dengan pasar secara luas memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga pada pertemuan ini.
Market View
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat sebesar 2,81% secara mingguan, ditutup pada level 6.438,269. Minggu ini, data domestik dapat memberikan dukungan bagi IHSG untuk tetap berada di wilayah positif, seperti surplus perdagangan yang diharapkan di bulan Maret dan tingkat suku bunga acuan yang kemungkinan tidak berubah. Dari sisi global, terutama dari AS, tekanan eksternal diperkirakan akan berkurang, karena AS tampaknya akan menghentikan kenaikan tarif lebih lanjut terhadap produk-produk China. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 13,90 triliun selama sepekan terakhir, sehingga secara year-to-date (YTD) menjadi Rp 49,57 triliun. Tiga sektor dengan kinerja terbaik secara mingguan adalah material dasar, infrastruktur dan energi, yang masing-masing naik sebesar 10,47%, 7,21% dan 5,60%.
Pada 17 April 2025, pasar obligasi Indonesia mencatat penurunan imbal hasil benchmark 5 tahun (FR0104) menjadi 6,78%, sementara imbal hasil 10 tahun (FR0103) juga turun menjadi 6,91%. Imbal hasil untuk tenor yang lebih panjang 15 tahun (FR0106) dan 20 tahun (FR0107) - tetap stabil di 7,05% dan 7,04%. Sementara itu, imbal hasil obligasi INDON bertenor 10 tahun (INDON 34) turun menjadi 5,32%, dan imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun turun menjadi 4,33%, turun dari posisi 5,52% dan 4,49% pada tanggal 11 Maret 2025. Premi risiko Indonesia, yang tercermin pada CDS 5 tahun, juga menurun menjadi 108,24 bps.
Selain itu, rupiah terdepresiasi sebesar 0,18% secara mingguan, melemah ke level Rp 16.825 per dollar AS. Per 16 April 2025, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp 886,27 triliun (14,23% dari total outstanding), turun dari Rp 887,56 triliun (14,25% dari total outstanding) pada 11 April 2025. Setelah menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS tetap berada di jalur yang tepat untuk melakukan soft landing, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 1,7% year-on-year (YoY) pada tahun 2025. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali, dengan total 50 basis poin, pada tahun 2025.
Demikian pula, Bank Indonesia diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada tahun 2025, yang diantisipasi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi kemungkinan akan merespon positif pada awalnya, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, diikuti oleh kinerja IHSG yang kuat.
Market Data:
JCI | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
6,438 | 6,91 | 5,32 | 4,33 | 16.825 |
Economic Data:
Indonesia Trade Balance February (USD) | Indonesia Export February (% YoY) | Indonesia Import February (% YoY) |
3,11 B | 14,05 | 2,30 |