Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Amerika Serikat
- Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat untuk meredakan ketegangan perdagangan melalui pengurangan tarif secara sementara selama 90 hari. Dalam kesepakatan ini, Amerika Serikat bersedia menurunkan tarif impor atas produk-produk dari Tiongkok menjadi 30%, dari rencana awal sebesar 145%. Sebagai balasan, Tiongkok juga sepakat menurunkan tarif impor atas produk-produk dari Amerika Serikat sebesar 10%, dari rencana awal sebesar 125%.
- Sesuai dengan ekspektasi pasar, The Fed belum menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan terbarunya. Namun, pelaku pasar memprediksi bahwa penurunan suku bunga kemungkinan akan dilakukan untuk pertama kalinya pada pertemuan bulan Juni mendatang.
- Sementara itu, inflasi Amerika Serikat pada bulan April menunjukkan perlambatan, dengan pertumbuhan tahunan (year-on-year) sebesar 2,3%, turun dari 2,4% pada bulan Maret. Secara bulanan (month-on-month), inflasi tercatat tumbuh sebesar 0,2%pada bulan April.
Indonesia
- Neraca perdagangan Indonesia untuk bulan April diperkirakan masih mencatat surplus sebesar US$ 2.700 juta, meskipun mengalami penurunan dibandingkan surplus US$ 4.329 juta pada bulan Maret.Cadangan devisa bulan April mengalami penurunan menjadi US$ 152.5 miliar dibandingkan US$ 157.1 miliar bulan Maret.
- Cadangan devisa Indonesia pada April juga tercatat mengalami penurunan, menjadi US$ 152,5 miliar, dibandingkan posisi US$ 157,1 miliar pada bulan Maret.
- Sementara itu, tingkat kepercayaan konsumen pada bulan April tetap berada dalam zona optimis, yakni di level 121.7, atau masih berada di atas ambang batas optimism di angka 100.
Market View
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan sebesar 0,25% secara mingguan dan ditutup pada level 6.832. Pada pekan ini, IHSG diperkirakan masih dapat melanjutkan tren positif, didorong oleh sentimen global, khususnya meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selama 90 hari ke depan, kedua negara sepakat untuk menurunkan tarif impor atas produk masing-masing, yang diharapkan dapat meredakan kekhawatiran terhadap risiko resesi ekonomi di Amerika Serikat dalam jangka pendek. Dari sisi aliran dana, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp3,26 triliun sepanjang pekan lalu. Namun, secara year-to-date, aliran dana asing masih mencatat outflow sebesar Rp53,87 triliun. Adapun tiga sektor yang mencatatkan kinerja terbaik selama sepekan terakhir adalah industri dasar, kesehatan, dan energi masing-masing mencatatkan penguatan sebesar 4.91%, 2.64% dan 2.07%.
Pada tanggal 9 Mei, 2025, pasar obligasi Indonesia mencatat penurunan yield acuan tenor 5 tahun (FR0104) menjadi 6.54%, sementara yield obligasi tenor 10 tahun (FR0103) stagnan di level 6.84%. Demikian pula, yield obligasi tenor panjang— yaitu tenor 15 tahun (FR0106) – juga stagnan di level 7.01%, sementarayield obligasi tenor 20 tahun (FR0107) tetap stabil di 7.04%.
Sementara
itu, yield obligasi global Indonesia tenor 10 tahun (INDON 35) meningkat
menjadi 5.41%, dan yield obligasi
AS UST 10 tahun stabil di level 4.38%, dibandingkan dengan 5.39% and 4.31%,
pada 2 Mei 2025. Risk premium Indonesia yang tercermin dari Credit Default Swap
(CDS) tenor 5 tahun menurun menjadi 90.64 bps. Selain itu nilai tukar rupiah mengalami
depresiasi atas dollar sebesar 0.48% secara miingguan menjadi USD/IDR 16.515.
Per 8 Mei 2025, kepemilikan asing di pasar obligasi pemerintah (SUN) tercatat sebesar IDR 906.82 triliun (14.38% dari total outstanding), meningkat dibandingkan posisi sebelumnya sebesar IDR 897.55 triliun (14.3% dari total outstanding).
The Fed diperkirakan akan memangkas
suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang tahun 2025, dengan
total penurunan sebesar 50 basis poin,
setelah sebelumnya menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024.
Ekonomi Amerika Serikat masih berada di jalur soft
landing, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 1,7% secara tahunan (year-on-year / YoY)pada tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia
juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif
pada 2025, yang diyakini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.Pasar obligasi diproyeksikan akan merespons secara positif
pada awalnya, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, dan selanjutnya
akan diikuti oleh kinerja yang solid pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
Market Data:
JCI | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
6,832 | 6,84 | 5,41 | 4,38 | 16.515 |
Economic Data:
Indonesia Neraca Perdagangan Maret (USD) | Indonesia Eskpor Maret (% YoY) | Indonesia Impor Maret (% YoY) |
4,33 B | 3,16 | 5,34 |