Artikel
Relaksasi Tarif AS & China Picu Optimisme di Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 14-Mei-2025 14:12:57 - by admincontent2

Amerika Serikat

  • Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat untuk meredakan ketegangan perdagangan melalui pengurangan tarif secara sementara selama 90 hari. Dalam kesepakatan ini, Amerika Serikat bersedia menurunkan tarif impor atas produk-produk dari Tiongkok menjadi 30%, dari rencana awal sebesar 145%. Sebagai balasan, Tiongkok juga sepakat menurunkan tarif impor atas produk-produk dari Amerika Serikat sebesar 10%, dari rencana awal sebesar 125%.
  • Sesuai dengan ekspektasi pasar, The Fed belum menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan terbarunya. Namun, pelaku pasar memprediksi bahwa penurunan suku bunga kemungkinan akan dilakukan untuk pertama kalinya pada pertemuan bulan Juni mendatang.
  • Sementara itu, inflasi Amerika Serikat pada bulan April menunjukkan perlambatan, dengan pertumbuhan tahunan (year-on-year) sebesar 2,3%, turun dari 2,4% pada bulan Maret. Secara bulanan (month-on-month), inflasi tercatat tumbuh sebesar 0,2%pada bulan April.

Indonesia

  • Neraca perdagangan Indonesia untuk bulan April diperkirakan masih mencatat surplus sebesar US$ 2.700 juta, meskipun mengalami penurunan dibandingkan surplus US$ 4.329 juta pada bulan Maret.Cadangan devisa bulan April mengalami penurunan menjadi US$ 152.5 miliar dibandingkan US$ 157.1 miliar bulan Maret.
  • Cadangan devisa Indonesia pada April juga tercatat mengalami penurunan, menjadi US$ 152,5 miliar, dibandingkan posisi US$ 157,1 miliar pada bulan Maret.
  •       Sementara itu, tingkat kepercayaan konsumen pada bulan April tetap berada dalam zona optimis, yakni di level 121.7, atau masih berada di atas ambang batas optimism di angka 100.

Market View

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan sebesar 0,25% secara mingguan dan ditutup pada level 6.832. Pada pekan ini, IHSG diperkirakan masih dapat melanjutkan tren positif, didorong oleh sentimen global, khususnya meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selama 90 hari ke depan, kedua negara sepakat untuk menurunkan tarif impor atas produk masing-masing, yang diharapkan dapat meredakan kekhawatiran terhadap risiko resesi ekonomi di Amerika Serikat dalam jangka pendek. Dari sisi aliran dana, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp3,26 triliun sepanjang pekan lalu. Namun, secara year-to-date, aliran dana asing masih mencatat outflow sebesar Rp53,87 triliun. Adapun tiga sektor yang mencatatkan kinerja terbaik selama sepekan terakhir adalah industri dasar, kesehatan, dan energi masing-masing mencatatkan penguatan sebesar 4.91%, 2.64% dan 2.07%.

Pada tanggal 9 Mei, 2025, pasar obligasi Indonesia mencatat penurunan yield acuan tenor 5 tahun (FR0104) menjadi 6.54%, sementara yield obligasi tenor 10 tahun (FR0103) stagnan di level 6.84%. Demikian pula, yield obligasi tenor panjang— yaitu tenor 15 tahun (FR0106) – juga stagnan di level 7.01%, sementarayield obligasi tenor 20 tahun (FR0107) tetap stabil di 7.04%.

Sementara itu, yield obligasi global Indonesia tenor 10 tahun (INDON 35) meningkat menjadi 5.41%, dan yield  obligasi AS UST 10 tahun stabil di level 4.38%, dibandingkan dengan 5.39% and 4.31%, pada 2 Mei 2025. Risk premium Indonesia yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun menurun menjadi 90.64 bps. Selain itu nilai tukar rupiah mengalami depresiasi atas dollar sebesar 0.48% secara miingguan menjadi USD/IDR 16.515.

Per 8 Mei 2025, kepemilikan asing di pasar obligasi pemerintah (SUN) tercatat sebesar IDR 906.82 triliun (14.38% dari total outstanding), meningkat dibandingkan posisi sebelumnya sebesar IDR 897.55 triliun (14.3% dari total outstanding).    

The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, setelah sebelumnya menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Ekonomi Amerika Serikat masih berada di jalur soft landing, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 1,7% secara tahunan (year-on-year / YoY)pada tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada 2025, yang diyakini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Pasar obligasi diproyeksikan akan merespons secara positif pada awalnya, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, dan selanjutnya akan diikuti oleh kinerja yang solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

6,832

6,84

5,41

4,38

16.515

 

Economic Data:

Indonesia Neraca Perdagangan Maret (USD)

Indonesia Eskpor Maret (% YoY)

Indonesia Impor Maret    (% YoY)

4,33 B

3,16

5,34