Artikel
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia Minggu Ini: Implikasinya terhadap Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 22-Mei-2025 14:09:45 - by admincontent2

United States

  • Lembaga pemeringkat kredit Moody's menurunkan peringkat kredit pemerintah AS sebanyak satu tingkat dari Aaa menjadi Aa1. Penurunan peringkat ini disebabkan oleh potensi kesulitan dalam pendanaan federal untuk membiayai defisit anggaran, serta meningkatnya biaya refinancing utang yang disebabkan oleh suku bunga yang tinggi. Imbal hasil dari US Treasury 10 tahun tetap relatif stabil setelah penurunan peringkat Moody's.
  • Federal Reserve menyatakan bahwa suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka panjang karena kebijakan yang sering berubah-ubah, yang dapat berdampak pada perekonomian.
  • Data penjualan ritel untuk bulan April telah dirilis, menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan ke bulan sebesar 1,4% di bulan Maret.
  • Data awal untuk manufaktur di bulan Mei akan segera dirilis. Untuk bulan April, sektor ini tetap berada di wilayah ekspansi pada level 50,2.

China

  • Data produksi industri untuk bulan April akan dirilis dan diperkirakan akan tumbuh hanya 5,7% YoY, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 7,7% YoY yang tercatat di bulan Maret.
  • Data penjualan ritel untuk bulan April juga dijadwalkan untuk dirilis, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 6% tahun ke tahun, sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan 5,9% tahun ke tahun di bulan Maret.

Indonesia

  • Bank Indonesia akan membahas kebijakan moneternya minggu ini. Pasar mengantisipasi bahwa BI akan mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga acuannya, didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan inflasi yang relatif terkendali.
  • Neraca transaksi berjalan Indonesia untuk kuartal pertama akan dirilis minggu ini, dengan defisit diperkirakan akan membaik menjadi US$ -100 juta, dibandingkan dengan defisit sebesar US$ -1.145 juta di kuartal keempat tahun lalu.

Market View

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan mingguan sebesar 4,01%, ditutup pada level 7.106. Minggu ini, IHSG diperkirakan akan melanjutkan tren positifnya, didukung oleh sentimen domestik-khususnya dari keputusan kebijakan moneter Bank Indonesia yang akan datang. Pasar mengantisipasi potensi penurunan suku bunga acuan di minggu ini, meskipun the Fed belum menurunkan suku bunganya. Inflasi yang terkendali dan tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS telah mendorong optimisme pasar bahwa Bank Indonesia akan melakukan pemangkasan suku bunga. Dari sisi aliran dana, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp3,65 triliun sepanjang minggu lalu. Namun, secara year-to-date, aliran dana asing masih menunjukkan net outflow sebesar Rp 48,81 triliun. Tiga sektor dengan kinerja terbaik selama sepekan terakhir adalah infrastruktur, energi, dan keuangan, yang masing-masing mencatat kenaikan sebesar 5,87%, 5,66%, dan 3,71%.

Per 16 Mei 2025, pasar obligasi Indonesia mencatatkan imbal hasil acuan yang datar di seluruh tenor. Imbal hasil obligasi bertenor 5 tahun (FR0104) tidak berubah di 6,51%, sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun (FR0103) stabil di 6,87%. Demikian pula, imbal hasil obligasi jangka panjang juga stabil, dengan tenor 15 tahun (FR0106) di 7,00% dan tenor 20 tahun (FR0107) di 7,01%.

Sementara itu, imbal hasil obligasi global Indonesia bertenor 10 tahun (INDON 35) turun menjadi 5,38%, sedangkan imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun (UST 10Y) naik menjadi 4,49%, dibandingkan dengan 5,41% dan 4,38%, masing-masing pada tanggal 9 Mei 2025. Premi risiko Indonesia, yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) 5 tahun, turun menjadi 83,02 basis poin. Selain itu, rupiah menguat terhadap dollar AS sebesar 0,46% secara mingguan, mencapai USD/IDR 16,445. Per 14 Mei 2025, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp 906,96 triliun (14,38% dari total outstanding), turun tipis dari Rp 907,73 triliun (14,4% dari total outstanding).

The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan dua kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, setelah penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS tetap berada dalam lintasan pendaratan lunak, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,7% pada tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia juga diperkirakan akan mengadopsi kebijakan moneter ekspansif di tahun 2025, yang diantisipasi akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diproyeksikan akan merespon positif pada awalnya, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, dan hal ini diharapkan akan diikuti oleh kinerja yang solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,106

6,87

5,38

4,49

16.445

 

Economic Data:

Trade Balance March (USD)

Indonesia Export March (% YoY)

Indonesia Import March    (% YoY)

4,33 B

3,16

5,34