Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Amerika
- Gedung Putih mengatakan bahwa pernyataan presiden yang merekomendasikan tarif 50% untuk produk Uni Eropa bukanlah sebuah kebijakan formal. Ditambahkan bahwa Perwakilan Dagang AS telah melakukan pembicaraan dengan rekan-rekan Eropa, menunjukkan bahwa pernyataan presiden adalah bagian dari negosiasi yang sedang berlangsung.
- Estimasi kedua untuk pertumbuhan PDB Kuartal 1 tahun 2025 akan dirilis minggu ini, dan diperkirakan akan menunjukkan kontraksi sebesar -0,3% secara tahunan.
- Data manufaktur awal untuk bulan Mei menunjukkan peningkatan, dengan indeks naik menjadi 52,3, naik dari 50,3 di bulan April, namun masih berada di tepi wilayah ekspansi.
- Data produksi industri year to date hingga bulan April tumbuh sebesar 6,4%, sedikit menurun dari 6,5% pada data year to date untuk bulan Maret.
- Data penjualan ritel year to date hingga bulan April tumbuh sebesar 4,7%, sedikit meningkat dari 4,6% pada data year to date untuk bulan Maret.
- Seperti yang diharapkan, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5% di bulan Mei, dengan alasan inflasi yang lebih rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil. BI memproyeksikan pertumbuhan kredit akan mencapai antara 8-11% pada tahun 2025 (direvisi dari 11-13% sebelumnya) dan juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,6-5,4% pada tahun 2025 (sebelumnya 4,7-5,5%). Selain itu, BI memperkirakan Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini.
- Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) pada 1Q25 menyempit menjadi USD 0,18 miliar (-0,05% PDB), turun dari USD 1,1 miliar (0,3% PDB) pada 4Q. Perbaikan CAD terutama didorong oleh neraca perdagangan yang lebih tinggi, yang meningkat dari USD 11,3 miliar pada 4Q24 menjadi USD 13,1 miliar.
- Pemerintah mungkin akan meluncurkan paket stimulus fiskal di bulan Juni, yang dapat mencakup langkah-langkah berikut ini: 1) Menerapkan kembali diskon tarif listrik sebesar 50% selama dua bulan mulai bulan Juni. Cakupan insentif ini akan lebih terbatas, hanya menargetkan pelanggan dengan kapasitas listrik di bawah 1.300 VA (dibandingkan dengan di bawah 2.200 VA selama program Januari-Februari). Inflasi bulanan negatif diperkirakan akan terjadi dari bulan Juni hingga Agustus. 2) Memberikan bantuan pangan, 3) Menawarkan subsidi upah, 4) Memperkenalkan insentif untuk kendaraan roda dua listrik (2W EV), 5) Menawarkan diskon ongkos transportasi (termasuk diskon tiket pesawat dan tol), 6) memberikan diskon untuk iuran asuransi kecelakaan kerja.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan mingguan sebesar 1,51%, ditutup pada level 7.214. Ke depan, IHSG berpotensi untuk tetap berada di area positif. Sentimen global - terutama dari Amerika Serikat - tampak negatif karena rencana Trump untuk menaikkan tarif pada Uni Eropa sebesar 50%. Namun, Gedung Putih telah mengklarifikasi bahwa postingan presiden tersebut bukan merupakan indikasi kebijakan resmi. Dari sisi domestik, sentimen didukung terutama oleh paket stimulus fiskal yang direncanakan, yang akan diluncurkan pada bulan Juni. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kemungkinan akan mendukung pertumbuhan ekonomi sesuai dengan targetnya. Dari sisi aliran dana, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2,13 triliun selama seminggu terakhir. Namun, secara year-to-date, aliran dana asing masih menunjukkan net outflow sebesar Rp 46,68 triliun. Tiga sektor dengan performa terbaik selama sepekan terakhir adalah sektor bahan dasar, transportasi & logistik, dan energi, yang mencatatkan kenaikan sebesar 9,42%, 7,90%, dan 1,95%.
Pada 23 Mei 2025, imbal hasil obligasi acuan 5 tahun (FR0104) turun menjadi 6,42%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun (FR0103) tetap stabil di level 6,80%. Imbal hasil obligasi jangka panjang juga menurun, dengan tenor 15 tahun (FR0106) turun menjadi 6,99% dan tenor 20 tahun (FR0107) bertahan di level 7,00%.
Sementara itu, imbal hasil obligasi global Indonesia bertenor 10 tahun (INDON 35) naik menjadi 5,44%, sedangkan imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun (UST 10Y) naik menjadi 4,51%, dibandingkan dengan 5,38% dan 4,49%, masing-masing pada tanggal 16 Mei 2025. Premi risiko Indonesia, yang diukur dengan Credit Default Swap (CDS) 5 tahun, tetap datar di 83,38 basis poin. Selain itu, rupiah menguat 1,34% secara mingguan, mencapai USD/IDR 16.222.
Per 22 Mei 2025, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) mencapai IDR 916,70 triliun (14,45% dari total outstanding), meningkat dari IDR 906,02 triliun (14,34% dari total outstanding) pada tanggal 16 Mei 2025. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan dua kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, menyusul penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024.
Perekonomian AS tetap berada dalam lintasan pendaratan lunak, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,7% pada tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia juga diperkirakan akan mengadopsi kebijakan moneter ekspansif di tahun 2025, yang diantisipasi akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diproyeksikan akan merespon positif pada awalnya, didorong oleh membaiknya kondisi makroekonomi, dan hal ini diharapkan akan diikuti oleh kinerja yang solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Market Data:
JCI | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
7,214 | 6,80 | 5,44 | 4,51 | 16.222 |
Economic Data:
Trade Balance March (USD) | Indonesia Export March (% YoY) | Indonesia Import March (% YoY) |
4,33 B | 3,16 | 5,34 |