Artikel
Harapan Redanya Konflik Israel–Iran Jadi Sentimen Positif bagi Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 16-Jun-2025 15:41:27 - by admincontent2

Amerika Serikat

  • The Fed akan mengadakan pertemuan pada tanggal 17–18 Juni untuk membahas kebijakan moneter. Diperkirakan, tidak akan ada penurunan suku bunga acuan dalam pertemuan ini. Pasar saat ini memperkirakan bahwa The Fed hanya akan menurunkan suku bunga sebanyak satu kali sepanjang tahun 2025.
  • Inflasi bulan Mei tercatat tumbuh sebesar 2,4% (yoy), sesuai ekspektasi pasar, namun sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,3% (yoy) pada April.
  • Data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 untuk estimasi ketiga akan dirilis pekan ini, dengan prediksi kontraksi sebesar -0,2% (annualized).
  • Data penjualan ritel bulan Mei juga akan dirilis, dan diprediksi turun -0,6% (mom), dibandingkan kenaikan 0,1% (mom) pada bulan April.
  • Kesepakatan perdagangan AS–China menunjukkan penurunan tensi perang dagang melalui penerapan tarif yang lebih moderat dan kesepakatan akses ekspor bahan baku strategis seperti rare earths. Kesepakatan ini masih bersifat awal (framework) dan belum final, menunggu persetujuan resmi dari Trump dan Xi.
  • Terkait konflik Israel–Iran, Presiden Trump menyatakan dukungan terhadap aksi militer Israel selama tidak menyasar warga AS. Ia menolak langkah yang dapat memicu perang yang lebih besar, namun tetap membuka ruang diplomasi dan kemungkinan menjadi mediator.

China

  • Data ekonomi yang akan dirilis pekan ini meliputi produksi industri bulan Mei, yang diprediksi tumbuh 6,0% (yoy), sedikit melambat dibandingkan 6,1% pada April. Penjualan ritel bulan Mei juga diperkirakan tumbuh 4,9% (yoy), menurun dari pertumbuhan 5,1% pada bulan sebelumnya.

Indonesia

  • Pekan ini, Bank Indonesia akan mengadakan rapat kebijakan moneter, dan diperkirakan tidak akan ada perubahan suku bunga acuan.
  • Cadangan devisa bulan Mei tercatat stagnan di level USD 152,5 miliar.
  • Tingkat kepercayaan konsumen bulan Mei masih berada di zona optimis karena berada di atas 100, yakni di level 117,5, meskipun turun dari 121,7 pada April.

Market View

IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,74% selama sepekan, ditutup pada level 7.166. Pekan ini, IHSG diperkirakan masih akan berada di zona positif, didorong oleh harapan meredanya ketegangan konflik antara Israel dan Iran, menyusul pernyataan Trump yang menyatakan kesiapan menjadi mediator guna mencegah eskalasi konflik. Dari dalam negeri, rilis laporan kinerja emiten, khususnya di sektor perbankan, berpotensi memberikan sentimen tambahan yang mendukung penguatan IHSG. Selama sepekan, investor asing membukukan pembelian bersih sebesar IDR 585,57 miliar. Namun, secara year-to-date, investor asing masih mencatatkan outflow sebesar IDR 48,6 triliun. Tiga sektor yang mencatatkan penguatan tertinggi selama sepekan adalah: Transportasi & Logistik: +4,78%, Material Industri: +2,75% danEnergi: +2,28%.

 

Pada tanggal 13 Juni 2025, tingkat imbal hasil (yield) mengalami stagnasi di seluruh tenor. Untuk benchmark 5 tahun (FR0104), yield tercatat sebesar 6,31%,sedangkan untuk tenor 10 tahun (FR0103) berada di level 6,71%. Yield untuk tenor 15 tahun (FR0106) tercatat sebesar 6,97%, dan tenor 20 tahun (FR0107) berada pada level 7,00%.

 

Di pasar global, yield obligasi pemerintah Indonesia denominasi USD tenor 10 tahun (INDON 35) mengalami penurunan ke level 5,18%, sejalan dengan penurunan yield US Treasury 10 tahun menjadi 4,40%, dari posisi sebelumnya masing-masing 5,24% dan 4,48% pada 6 Juni 2025. Risiko investasi Indonesia yang tercermin dari CDS 5 tahun mengalami penurunan menjadi 76.88. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tipis sebesar 0,12% selama sepekan, dengan kurs USD/IDR tercatat sebesar 16.295 per 13 Juni 2025.

 

Dari sisi kepemilikan asing, posisi per 11 Juni 2025 tercatat sebesar IDR 929,95 triliun atau 14,60% dari total outstanding surat utang negara, relatif stabil dibandingkan posisi 10 Juni 2025 yang tercatat sebesar IDR 928,85 triliun atau 14,58% dari total outstanding.

The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak satu kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 25 basis poin, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS diperkirakan tetap berada pada jalur soft landing, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,7% di tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada 2025, yang diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diperkirakan akan merespons positif terlebih dahulu, seiring membaiknya kondisi makroekonomi, dan diikuti oleh kinerja solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Market Data:

IHSG

Indonesia IDR
10 tahun (%)

Indon
10 tahun (%)

US Treasury
10 tahun (%)

USD/IDR

7,166

6,71

5,18

4,40

16.295


Data Ekonomi:

Neraca Perdagangan April (USD)

Indonesia Ekspor April   (% YoY)

Indonesia Impor April     (% YoY)

159 m

5,76

21,84