Artikel
Ketegangan Israel-Iran Masih Membayangi, Pasar Modal Indonesia Tetap Waspada
Berita Utama | 23-Jun-2025 16:31:59 - by admincontent2

Amerika Serikat

  • Sesuai ekspektasi, The Fed kembali menahan suku bunga acuan pada kisaran 4,2%–4,5%. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun 2025.
  • Data penjualan ritel bulan Mei mengalami kontraksi sebesar –0,9% (mom), lebih dalam dibandingkan ekspektasi penurunan –0,6% (mom). Sementara itu, penjualan ritel bulan April masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,1% (mom).
  • Data pertumbuhan ekonomi kuartal I versi ketiga dijadwalkan rilis pekan ini. Pada rilis kedua, ekonomi tercatat mengalami kontraksi sebesar –0,2% (annualized). The Fed memproyeksikan ekonomi AS masih dapat tumbuh sekitar 1,4% pada tahun 2025.
  • Donald Trump kini secara aktif terlibat dalam konflik Israel–Iran, tidak hanya melalui dukungan politik, tetapi juga melalui serangan langsung ke situs nuklir Iran. Trump tetap membuka opsi lanjutan, termasuk perubahan rezim di Iran. Namun, pemerintahan AS saat ini menekankan bahwa tujuan utama adalah penghentian program nuklir Iran, bukan pergantian rezim.

China

  • Produksi industri pada bulan Mei mengalami sedikit pelemahan, hanya tumbuh sebesar 5,8% (yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan 6,1% (yoy) pada bulan April.
  • Penjualan ritel pada bulan Mei tumbuh sebesar 6,4% (yoy), membaik dibandingkan pertumbuhan 5,1% (yoy) pada bulan April.

Indonesia

  • Sesuai ekspektasi, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5%. Bank Indonesia kali ini memproyeksikan pertumbuhan kredit hanya sebesar 8%–11% pada tahun 2025, lebih rendah dari target awal. Untuk mengatasi perlambatan tersebut, Bank Indonesia akan menjalankan kebijakan moneter yang pro-pertumbuhan serta mendukung perbankan agar lebih agresif dalam menyalurkan kredit ke sektor produktif. Sementara itu, perekonomian Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan tumbuh di kisaran 4,6%–5,4%.

Market View

IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 3,61% selama sepekan, dan ditutup pada level 6.907. Pekan ini, IHSG diperkirakan masih akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi, seiring memanasnya konflik Israel–Iran setelah Amerika Serikat terlibat langsung dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Investor saat ini masih menanti perkembangan lebih lanjut dari konflik tersebut, dengan harapan solusi diplomatik dapat segera tercapai. Selama sepekan, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp4,52 triliun. Namun secara year-to-date, investor asing masih mencatatkan outflow sebesar Rp53,12 triliun. Tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi selama sepekan adalah: Industri dasar -5,69%, konsumer non siklikal -3,72%, Keuangan -3,42%.

 

Pada tanggal 20 Juni 2025, tingkat imbal hasil (yield) surat utang negara cenderung bervariasi di seluruh tenor. Untuk benchmark tenor 5 tahun (FR0104), yield meningkat menjadi 6,41%. Sementara itu, yield tenor 10 tahun (FR0103) tercatat stabil di level 6,75%. Yield untuk tenor 15 tahun (FR0106) naik menjadi 7,01%, sedangkan tenor 20 tahun (FR0107) juga stabil di level 7,03%.

   

Di pasar global, yield obligasi pemerintah Indonesia denominasi USD tenor 10 tahun (INDON 35) mengalami kenaikan ke level 5,20%, dari 5,16% pada 13 Juni 2025. Sementara itu, yield US Treasury tenor 10 tahun tercatat stabil di level 4,40%. Risiko investasi Indonesia yang tercermin dari credit default swap (CDS) 5 tahun juga mengalami kenaikan, mencapai 81,92. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tipis sebesar 0,55% selama sepekan, dengan kurs USD/IDR tercatat sebesar 16.385 per 20 Juni 2025.

 

Dari sisi kepemilikan asing, posisi per 19 Juni 2025 tercatat sebesar Rp921,57 triliun atau 14,70% dari total outstanding Surat Utang Negara, menurun dibandingkan posisi per 13 Juni 2025 yang sebesar Rp932,50 triliun atau 14,62%.

 

The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS diperkirakan tetap berada pada jalur soft landing, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,4% di tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada 2025, yang diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diperkirakan akan merespons positif terlebih dahulu, seiring membaiknya kondisi makroekonomi, dan diikuti oleh kinerja solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Market Data:

IHSG

Indonesia IDR
10 tahun (%)

Indon
10 tahun (%)

US Treasury
10 tahun (%)

USD/IDR

6,907

6,75

5,20

4,40

16.385


Data Ekonomi:

Neraca Perdagangan April (USD)

Indonesia Ekspor April   (% YoY)

Indonesia Impor April    

 (% YoY)

159 m

5,76

21,84