Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Amerika Serikat
- Data perekonomian AS terakhir untuk kuartal I menunjukkan pelemahan, dengan pertumbuhan sebesar –0,5% (annualized), lebih rendah dibandingkan estimasi kedua yang menunjukkan kontraksi –0,2% (annualized). Meskipun demikian, pasar masih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2025 sebesar 1–1,4% (annualized), seiring dengan ekspektasi rebound pada kuartal II yang diperkirakan tumbuh sebesar 3–4% (annualized).
- Presiden Donald Trump menggagas rancangan undang-undang besar di bidang fiskal dan perpajakan yang dinamakan Big Beautiful Bill, yang mencakup ekspansi belanja pertahanan namun diimbangi dengan pemangkasan besar pada program-program sosial yang kontroversial. Proses legislasi ini masih berlangsung. Setelah disetujui oleh DPR pada 22 Mei 2025, RUU tersebut kini sedang dibahas di Senat, dengan target penyelesaian sebelum tanggal 4 Juli 2025.
- Harga minyak dunia mengalami penurunan selama sepekan terakhir, mengindikasikan ekspektasi pasar bahwa ketegangan konflik Iran–Israel mulai mereda, serta adanya perkembangan positif dalam perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok.
- Pekan ini, data ketenagakerjaan AS akan dirilis. Nonfarm payroll bulan Juni diprediksi bertambah sebanyak 110.000, sedikit naik dibandingkan bulan Mei yang mencatatkan kenaikan 139.000. Sementara itu, tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,3%.
China
- Aktivitas manufaktur Tiongkok masih berada di fase kontraksi pada bulan Juni, menandai tiga bulan berturut-turut berada di bawah ambang ekspansi. PMI tercatat di level 49,7, sedikit membaik dibandingkan bulan Mei yang berada di 49,5.
Indonesia
- Pemerintah tengah menyiapkan regulasi yang mewajibkan platform e-commerce untuk memotong dan menyetorkan pajak sebesar 0,5% dari omzet penjualan pelaku UMKM ke kas negara, yang direncanakan mulai berlaku pada Juli 2025.
- Memasuki akhir Juni, negosiasi tarif dengan Amerika Serikat masih berlangsung, dengan tenggat waktu pembahasan hingga 3 Juli 2025.
Market View
IHSG mencatatkan pelemahan
sebesar 0,14% selama sepekan, dan ditutup pada level 6.897. Untuk pekan ini,
IHSG diperkirakan akan berada di zona positif, didorong oleh sentimen global
yang cukup kondusif, khususnya meredanya konflik antara Israel-Iran, serta
adanya ekspektasi perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat, Eropa dan
China. Dari dalam negeri, rilis kinerja emiten, khususnya dari sektor
perbankan, diperkirakan akan memberikan dorongan tambahan bagi IHSG. Selama
sepekan, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 2,85 triliun.
Begitupun secara year-to-date, investor asing masih mencatatkan outflowsebesar Rp53,23 triliun.
Tiga sektor yang mencatatkan
pelemahan tertinggi selama sepekan adalah:
- Energi: -4,17%
- Industri Dasar: -1,52%
- Konsumsi Siklikal: -1,40%
Pada tanggal
26 Juni 2025, tingkat imbal hasil (yield) surat utang negara cenderung
mengalami penurunan di seluruh tenor. Untuk benchmark tenor 5 tahun (FR0104),
yield menurun menjadi 6,29%. Sementara itu, yield tenor 10 tahun (FR0103) juga
turun ke level 6,62%. Yield untuk tenor 15 tahun (FR0106) tercatat turun
menjadi 6,95%, demikian pula tenor 20 tahun (FR0107) yang turun ke level 6,99%.
Di pasar global, yield obligasi pemerintah Indonesia denominasi USD tenor 10 tahun (INDON 35) mengalami penurunan ke level 5,11%, dari 5,20% pada 20 Juni 2025. Sementara itu, yield US Treasury tenor 10 tahun tercatat juga mengalami penurunan berada di level 4,28% dari level 4.38% di tanggal 20 Juni 2025. Risiko investasi Indonesia yang tercermin dari credit default swap (CDS) 5 tahun juga mengalami penurunan, mencapai 79,36. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat sebesar 1,11% selama sepekan, dengan kurs USD/IDR tercatat sebesar 16.205 per 20 Juni 2025.
Dari sisi kepemilikan asing, posisi per 25 Juni 2025 tercatat sebesar Rp917,45 triliun atau 14,57% dari total outstanding Surat Utang Negara, menurun dibandingkan posisi per 20 Juni 2025 yang sebesar Rp922,42 triliun atau 14,71%.
The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS diperkirakan tetap berada pada jalur soft landing, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,4% di tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada 2025, yang diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diperkirakan akan merespons positif terlebih dahulu, seiring membaiknya kondisi makroekonomi, dan diikuti oleh kinerja solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Market Data
IHSG | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
6,892 | 6,62 | 5,11 | 4,28 | 16.205 |
Data Ekonomi
Neraca Perdagangan April (USD) | Indonesia Ekspor April (% YoY) | Indonesia Impor April (% YoY) |
159 m | 5,76 | 21,84 |