Artikel
MSCI Dongkrak Bobot Indonesia, IHSG Berpeluang Dapat Dukungan Hingga Akhir Bulan
Berita Utama | 13-Agu-2025 09:36:41 - by admincontent2

Amerika Serikat

  • Presiden Trump secara resmi memberlakukan tarif resiprokal pada 7 Agustus 2025. Tarif ini mencakup 15% untuk barang dari Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan, serta 20% untuk barang dari Taiwan, Vietnam, dan Bangladesh. Barang dari Swiss dikenakan tarif impor sebesar 39%. Untuk India, Presiden Trump menetapkan tambahan tarif sebesar 25% karena negara tersebut membeli minyak dari Rusia, dengan potensi tarif hingga 50%. China juga dipertimbangkan untuk dikenakan tarif tambahan karena alasan yang sama.
  • Inflasi bulan Juli akan dirilis dan diperkirakan tumbuh sebesar 2,8% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,7% (yoy) pada Juni.\
  • Data penjualan ritel bulan Juli juga akan dirilis, dengan perkiraan masih mencatat pertumbuhan sebesar 0,5% (mom).

Indonesia

  • Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 mencapai 5,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 4,87% (yoy) pada kuartal I. Laju ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak kuartal II 2023, jauh melampaui ekspektasi analis sebesar 4,8% (yoy). Pertumbuhan tinggi tersebut ditopang oleh aktivitas investasi dan konsumsi rumah tangga yang kuat.
  • Cadangan devisa pada Juli sedikit menurun ke level US$ 152 miliar. Meski demikian, jumlah ini masih cukup untuk membiayai impor lebih dari enam bulan, melampaui rekomendasi IMF.
  • Tingkat kepercayaan konsumen pada Juli berada di level 118,1 masih dalam fase optimistis karena berada di atas level 100 dan relatif stagnan dibandingkan Juni yang sebesar 117,8.
  • Data penjualan ritel bulan Juni akan dirilis pekan ini dan diperkirakan tumbuh 1,7% yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 1,9% yoy pada Mei.

Market View:

IHSG mencatatkan flatsebesar -0,06% selama sepekan dan ditutup pada level 7.533. Pekan ini, IHSG relatif minim katalis dari sentimen makroekonomi global maupun domestik. Meski demikian, indeks berpotensi tetap mendapatkan dukungan hingga akhir bulan seiring keputusan MSCI untuk menaikkan bobot Indonesia dari 1,15% menjadi 1,28%, yang berpotensi mendatangkan net inflow sekitar US$ 1,17 miliar. Sepanjang pekan, investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp 122,81 miliar. Namun, secara year-to-date (YTD), investor asing masih mencatatkan outflow sebesar Rp 61,88 triliun.Adapun tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi selama sepekan adalah Teknologi -5.24%, Konsumer Non Siklikal -1.83%, Infrastruktur -0.78%.

Pada 8 Agustus 2025, tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) cenderung mengalami penurunan di seluruh tenor. Yield benchmark tenor 5 tahun (FR0104) turun ke level 5,90%, sedangkan tenor 10 tahun (FR0103) melemah ke 6,48%. Yield tenor 15 tahun (FR0106) dan 20 tahun (FR0107) masing-masing turun menjadi 6,77% dan 6,80%.


Di pasar global, yield obligasi pemerintah Indonesia denominasi USD tenor 10 tahun (INDON 35) tercatat turun menjadi 5,09% pada 8 Agustus 2025, dari 5,16% pada 1 Agustus. Sementara itu, yield US Treasury tenor 10 tahun relatif stabil di 4,28%, dibandingkan 4,22% pada periode yang sama. Risiko investasi Indonesia yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) 5 tahun juga stabil di level 74,48 bps. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 1,35% secara mingguan, dengan kurs USD/IDR berada di level 16.291 per 8 Agustus 2025.

 

Per 7 Agustus 2025, kepemilikan asing pada SUN tercatat sebesar Rp 935,37 triliun atau 14,57% dari total outstanding SUN, menurun dibandingkan posisi 1 Agustus 2025 yang sebesar Rp 937,65 triliun atau 14,61%.

 

The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun 2025, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2024. Perekonomian AS diperkirakan tetap berada pada jalur soft landing, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sebesar 1,4% di tahun 2025. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif pada 2025, yang diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi diperkirakan akan merespons positif terlebih dahulu, seiring membaiknya kondisi makroekonomi, dan diikuti oleh kinerja solid pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Market Data:

IHSG

Indonesia IDR
10 tahun (%)

Indon
10 tahun (%)

US Treasury
10 tahun (%)

USD/IDR

7,533

6,48

5,09

4,28

16.291


Data Ekonomi:

Neraca Perdagangan Juni (USD)

Indonesia Ekspor Juni    (% YoY)

Indonesia Impor Juni  

 (% YoY)

4.1 milyar

11,29

4,28