Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
- Sesuai ekspektasi pasar, The Fed akhirnya menurunkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Desember 2024, sebesar 25 bps. Dalam proyeksi dot plot, anggota The Fed memperkirakan masih akan ada dua kali pemotongan suku bunga tambahan sebelum tahun 2025 berakhir, sejalan dengan prediksi pasar.
- Hubungan Amerika Serikat dan China kembali mencair setelah Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping melakukan pembicaraan telepon pertama mereka dalam tiga bulan terakhir pada 19 September 2025. Meski demikian, para pengamat menilai langkah ini baru sebagai tanda awal yang positif bahwa kedua pemimpin siap membuka kembali ruang dialog. Kesepakatan dagang yang lebih besar diperkirakan baru akan tercapai pada forum APEC di Korea Selatan pada akhir Oktober.
- Data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II untuk rilis ketiga akan diumumkan pekan ini, dengan proyeksi tetap tumbuh 3,3% (annualized), sama dengan rilis kedua, sekaligus menunjukkan perbaikan dibandingkan kuartal I yang mengalami kontraksi minus 0,5% (annualized).
- Sementara itu, data penjualan ritel China pada Agustus tumbuh 3,4% yoy, sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan 3,7% yoy pada Juli. Data produksi industri year-to-date hingga Agustus tercatat 6,2%, relatif stabil dibandingkan periode hingga Juli yang sebesar 6,3%.
- Di luar ekspektasi, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75 %. Suku bunga Deposit Facility diturunkan 50 bps menjadi 3,75 % dan suku bunga Lending Facility diturunkan 25 bps menjadi 5,5 %. Kebijakan longgar ini diambil Bank Indonesia untuk mendorong peningkatan kredit perbankan dan likuiditas, dengan mempertimbangkan inflasi yang masih terkendali pada tahun 2025 hingga 2026 di kisaran 2,5 ±1 %. Ada potensi Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan pada sisa tahun 2025, sejalan dengan langkah The Fed yang diperkirakan juga akan memangkas suku bunga sebelum akhir tahun.
- Pertumbuhan suplai uang dalam kategori M2 untuk bulan Agustus akan dirilis pekan ini. Sebelumnya, pada Juli, M2 tumbuh 6,5 % yoy. Pertumbuhan yang lebih tinggi mencerminkan membaiknya aktivitas konsumsi masyarakat.
- Menteri Keuangan menyebutkan bahwa pemerintah akan merilis skema insentif agar dolar yang selama ini banyak disimpan masyarakat di luar negeri dapat kembali masuk ke Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan cadangan devisa, memperbaiki likuiditas perbankan dalam bentuk dolar, serta mendukung pembiayaan proyek-proyek strategis.
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,51% sepanjang pekan lalu dan ditutup pada level 8.051. IHSG akhirnya mampu menembus level resistensi kuat di kisaran 8.000. Pekan ini akan dirilis data pertumbuhan suplai uang dalam kategori M2, yang jika membaik seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pasar bahwa aktivitas ekonomi masyarakat terus membaik.
- Dari sisi aliran modal, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp130,75 miliar sepanjang pekan lalu. Namun secara year-to-date, aliran modal asing masih mencatatkan arus keluar sebesar Rp61,59 triliun. Secara sektoral, penguatan terbesar terjadi pada sektor industrial (+11,01 %), teknologi (+10,18 %), dan energi (+5,18 %).
- Pada perdagangan 19 September, yield obligasi pemerintah relatif menurun untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun, masing-masing tercatat di level 5,33 % dan 6,28 %. Sementara yield tenor 15 tahun dan 20 tahun cenderung flat, masing-masing di level 6,72 % dan 6,81 %.
- Di pasar global, yield obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi dolar AS tenor 10 tahun (INDON 35) berada di level 4,92%, naik dibandingkan 4,89% pada 15 September. Begitu pula yield US Treasury tenor 10 tahun yang meningkat menjadi 4,14% dari 4,06% pada periode yang sama. Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun, yang mencerminkan persepsi risiko negara, naik ke 70,30 bps. Pada sisi nilai tukar, rupiah melemah 1,27% sepanjang pekan lalu dengan kurs USD/IDR ditutup di level 16.588 pada 19 September 2025.
- Per 17 September 2025, kepemilikan asing pada Surat Utang Negara (SUN) tercatat sebesar Rp919,25 triliun atau 14,38% dari total outstanding, menurun dibandingkan posisi 15 September yang sebesar Rp925,37 triliun atau 14,47%.