Artikel
Letter from CEO: January Market Review
Berita Utama | 05-Feb-2021 17:07:20 - by boadmincontent

Investor Yang Terhormat,

Selamat memasuki bulan Februari.

Sepanjang Januari 2021, IHSG bergerak sangat fluktuatif dengan menembus level pra covid 6.435 sebelum akhirnya koreksi 8,9% menjadi 5.862 di akhir bulan. Selama Januari lalu, hanya sektor perdagangan yang mengalami kenaikan positif sementara 8 sektor lainnya mengalami koreksi dengan catatan sektor pertanian dan konstrusi/properti adalah sektor yang paling terkoreksi. LQ45 sebagai indikator terhadap saham big cap dan likuid mengalami koreksi sedikit lebih dalam dari IHSG.

Yang menarik, IHSG saat ini sudah memiliki partisipan tambahan yaitu ritel dan ini mirip dengan yang terjadi di US walaupun mungkin motifnya berbeda. Media sosial dan makin terbukanya akses buat investor ritel turut menyemarakkan transaksi di bursa. Sepanjang 2020 jumlah investor pasar modal mencapai 3,9jt atau tumbuh 56% YoY dan investor reksadana mencapai 3,2 juta atau tumbuh 79%.

Sementara itu imbal hasil obligasi Pemerintah 10 tahun juga mengalami kenaikan sampai 36bps ke 6,3% sehingga sepanjang Januari total return obligasi Pemerintah turun sebesar 0,7%. Inflasi masih cukup rendah yakni 1,55% dan Bank Indonesia sendiri tetap mempertahankan suku bunga acuan di 3,75%.  Rupiah sendiri kinerjanya cukup baik dengan apresiasi sebesar 0,14%. Untuk obligasi korporasi, sepanjang Januari tidak ada rilis rating (Pefindo) yang berarti.

Dalam konteks outlook kami yang positif untuk 2021 (lihat Letter from CEODesember 2020)? Investor masih dalam posisi taktis terutama mengingat kenaikan IHSG yang cukup tinggi sepanjang Desember-awal Januari. IHSG tentunya rentan dengan aktivitas profit-taking. Dengan makin maraknya jumlah investor domestik, pergerakan harga saham semakin dinamis namun secara umum investor berpendapat bahwa kondisi makro masih kondusif. Investor asing sendiri masih mencatat net buy saham sebesar IDR10,9 triliun dan net buy Surat Utang Negara sebesar IDR13,4 triliun. Sepanjang bulan Januari jumlah bid lelang obligasi lebih rendah dari bulan sebelumnya namun masih cukup baik.

What’s next?

Kami melihat bahwa prospek investasi yang positif dengan tema pemulihan pertumbuhan ekonomi masih on track. Stabilitas ekonomi makro semakin baik. PDB di kuartal IV 2020 diperkirakan akan tetap negatif namun lebih baik dari angka -5,3% di Q2-2020 dan -3,5% di Q3-2020.  Data PMI Indonesia terlihat meningkat di Desember dan Januari. Yang cukup menarik, Neraca Pembayaran, salah satu indikator yang dipantau investor asing, diperkirakan akan berada pada posisi positif. Pemulihan keuangan emiten masih belum terlihat sepenuhnya namun beberapa rilis dari perbankan menunjukkan kondisi terburuk sudah terlewati.

Kami melihat baik Pemerintah maupun Bank Indonesia akan tetap berada pada kondisi pro growthdan pemulihan. Defisit APBN tahun 2021 tetap tinggi pada 5,7% PDB dalam rangka memulihkan ekonomi. Bank Indonesia sendiri menyatakan tetap pada kebijakan akomodatif dan terbuka akan penurunan suku bunga. Dua hal yang menjadi “game changer” adalah keberadaan Omnibus Law danSovereign Wealth Fund (“SWF”) pada tahun 2021 yang dipandang positif dalam mendorong investasi. SWF sendiri sedang menyelesaikan kelengkapan pengurus dan administrasi dan diharapkan Pemerintah akan melakukan injeksi awal sebesar IDR15 triliun.

Fokus investor dalam beberapa saat ke depan adalah perkembangan kasus Covid 19 yang saat ini masih tinggi. Potensi lock downadalah risiko yang membayangi namun kami melihat Pemerintah akan fokus pada percepatan vaksin dan pencapaian herd immunity dibanding menutup ekonomi. Pemerintah sendiri sudah memastikan pasokan vaksin dari 5 perusahan farmasi dunia.

 

Salam,

Marsangap P Tamba

Chief Executive Officer

PT Danareksa Investment Management