Artikel
Ulasan Pasar: Neraca perdagangan bulan Juni akan dirilis pekan ini
Berita Utama | 11-Jul-2022 17:39:15 - by boadmincontent

Zona Amerika

  • Hasil pertemuan the Fed bulan Juni telah dirilis, potensi untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps atau 75 bps di bulan Juli. Kondisi makro ekonomi saat ini dianggap masih cukup kuat meski adanya kebijakan moneter yang cukup ketat.

  • Data ketengakerjaan bulan Juni telah dirilis, tingkat pengangguran berada di level 3.6% sedangkan nonfarm payroll bertambah 372.000 di atas ekspektasi 250.000. Data tenaga kerja yang cukup kuat setidaknya meredakan kekuatiran akan terjadi resesi dalam waktu dekat.

  • Inflasi bulan Juni akan dirilis pekan ini diprediksi tumbuh 8.8% yoy vs 8.6% yoy pertumbuhan inflasi bulan Mei.

Zona Asia

  • Pertumbuhan ekonomi china kuartal II akan dirilis pekan ini diprediksi hanya tumbuh 1,7% yoy vs 4,8% yoy kuartal I.

Zona Indonesia

  • Cadangan devisa bulan Juni mengalami peningkatan dari bulan Mei dari US$ 135,6 miliar menjadi US$ 136,4 miliar. Kenaikan cadangan devisa ini setidaknya dapat memberikan ruang bagi bank Indonesia untuk melakukan intervensi bila nilai tukar rupiah atas dollar terus melemah.

  • Tingkat kepercayaan konsumen bulan Juni masih berada di level optimis atau berada di level 128.2.

  • Neraca perdagangan bulan Juni akan dirilis pekan ini, surplus diprediksi akan mengalami penurunan dari surplus US$ 2.9 miliar di bulan Mei menjadi surplus US$ 2 miliar.

Market View:

IHSG selama sepekan ditutup melemah 0,8% WoW di level 6.740,219. Data ketenagakerjaan AS di bulan Juni yang cukup kuat seharusnya memberikan sentimen positif bagi pasar global bahwa ekonomi AS masih cukup kuat meski kebijakan moneter ketat akan diterapkan untuk menurunkan inflasi. Diharapkan IHSG lebih bergerak sesuai fundamentalnya pekan ini yaitu sesuai perbaikan pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang berefek positif bagi laba emiten. Asing mencatatkan penjualan bersih sebesar IDR 2,66 T selama sepekan (inflow YTD: IDR 58,37 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor nonsiklikal, siklus dan industrial masing-masing sebesar -0,9%,-0,8% dan -0,56% secara mingguan.

Pada tanggal 8 Juli 2022, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0090) flat menjadi 6,19%, yield benchmark 10 tahun (FR0091) flat menjadi 7,23%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0093) flat menjadi 7,32% dan yield benchmark 20 tahun (FR0092) naik menjadi 7,31%.

Untuk INDON 10 tahun (INDON 31), yield bergerak turun di level 4,57% dan yield US Treasury 10 tahun naik di 3,08% (dibandingkan dengan posisi per 1 Juli 2022 yaitu 4,72% dan 2,89%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun flat ke level 144.98 bps. Rupiah ditutup melemah 0,17 % WoW pada level 14,981.

Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 6 Juli 2022 tercatat sebesar IDR 773,12 Triliun atau  sebesar (15,88% dari total outstanding-nya) menurun dibandingkan posisi per 1 Juli 2022 yaitu sebesar IDR 760,25  Triliun (19,03% dari total outstanding-nya).

Kasus harian covid-19 akibat varian omicron cenderung mengalami penurunan, pemerintah tetap menghimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan dan mempercepat proses vaksinasi. Beberapa negara di Eropa berencana untuk mencabut pembatasan sosial akibat adanya covid-19 karena dianggap varian omicron bukanlah ancaman yang serius. Indonesia bukan tidak mungkin mengikuti langkah yang sama namun akan diambil kebijakan setelah mendapatkan masukan dari pakar epidemiologi. Mobilitas masyarakat yang kembali normal akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Tetaplah berinvestasi!

 

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

6,740

7,23

4,57

3,08

14,981


Economic Data:

Indonesia Neraca Perdagangan Mei (USD)

Indonesia Ekspor Mei (% YoY)

Indonesia Impor Mei (% YoY)

2,90 miliar

27

30,74