Artikel
Ulasan Pasar : Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan
Berita Utama | 27-Feb-2024 10:08:05 - by boadmincontent

Zona Amerika

Hasil pertemuan the Fed bulan Januari dijelaskan bahwa kebijakan moneter yang ketat telah mencapai titik puncaknya, tapi belum akan mengimplementasikan kebijakan longgar dalam waktu dekat sampai yakin inflasi target sebesar 2%an dapat tercapai.

Data pertumbuhan ekonomi kuartal IV untuk yang kedua kalinya akan dirilis pekan ini, diprediksi tumbuh 3.3% annualized vs 4.9% annualized kuartal III.

Pekan ini akan dirilis data pertumbuhan bulanan untuk bulan Januari terkait atas pertumbuhan pendapatan personal dan pengeluaran personal yang diprediksi masing-masing tumbuh 0.4%/0.2% vs pertumbuhan bulan Desember untuk pendapatan personal dan pengeluaran personal yang masing-masing tumbuh 0.3%/0.7%.

Zona China

Kondisi manufaktur bulan Februari akan dirilis yang diproyeksikan masih akan berada di fase ekspansi 50.9 vs 50.8 bulan Januari.

Zona Indonesia

Sesuai ekspektasi Bank Indonesia tetap menahan suku bunga acuan, kondisi suku bunga saat ini masih cukup untuk menjaga tingkat inflasi, mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah atas dollar.

Tingkat pertumbuhan kredit bulan Januari tumbuh 11.83% yoy lebih baik dibandingkan pertumbuhan bulan Desember yang mencatatkan pertumbuhan 10.38% yoy.

Neraca transaksi berjalan di kuartal IV tercatat defisit sebesar US$ 1.29 miliar atau sebesar 0.4% terhadap GDP. Selama tiga kuartal terakhir, transaksi berjalan tercatat di level defisit.

Supplai uang yang masuk dalam kategori M2 tumbuh 5.4% yoy di bulan Januari lebih baik dibandingkan pertumbuhan 3.5% yoy bulan Desember. Peningkatan suplai uang yang masuk dalam kategori ini mengindikasikan bahwa aktivitas perekonomian masyarakat mengalami peningkatan.

Beberapa data yang akan dirilis pekan ini adalah :

  • Kondisi manufaktur bulan Februari akan dirilis pekan ini, diprediksi masih berada di fase ekspansi di level 52.8 vs 52.9 bulan Januari.
  • Tingkat inflasi bulan Februari akan dirilis pekan ini diprediksi tumbuh 2.56% yoy/0.1% mom vs pertumbuhan inflasi bulan Januari sebesar 2.57% yoy/0.04% mom.

Market View:

IHSG selama sepekan ditutup melemah 0.55% WoW di level 7.295,095. IHSG masih belum dapat berada di zona positif, setelah dirilis data suplai uang yang masuk dalam kategori M2 bulan Januari serta data pertumbuhan kredit bulan Januari yang masih menunjukkan tren positif seharusnya memberikan rasa optimis bagi pasar bahwa perekonomian Indonesia masih berada di zona positif selama bulan Januari atau kinerja emiten juga seharusnya masih berada di zona positif selama satu bulan terakhir. Pekan ini akan dirilis kondisi manufaktur bulan Februari yang diprediksi masih berada di fase ekspansi serta inflasi bulan Februari yang diprediksi masih relatif terkendali seharusnya dapat memberikan efek positif bagi IHSG. Asing mencatatkan pembelian  bersih sebesar IDR 1.03 T selama sepekan (inflow YTD: IDR 21.08 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor teknologi,keuangan dan industri dasar masing-masing sebesar -1.43%, -0.68% dan -0.23% secara mingguan.

Pada tanggal 23 Februari 2024, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0101) flat menjadi 6,45%, yield benchmark 10 tahun (FR0100) turun menjadi 6,55%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0098) flat menjadi 6,75% dan yield benchmark 20 tahun (FR0097) flat menjadi 6,82%.

Untuk INDON 10 tahun (INDON 34), yield bergerak flat di level 5,06% dan yield US Treasury 10 tahun flat di 4,25% (dibandingkan dengan posisi per 16 Februari 2024 yaitu 5,03% dan 4,28%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun turun ke level 68.34 bps. Rupiah ditutup menguat 0,17% WoW pada level 15.597.

Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 22 Februari 2024 tercatat sebesar IDR 838.19 Triliun atau sebesar (14,56% dari total outstanding-nya) menurun dibandingkan posisi per 16 Februari 2024 yaitu sebesar IDR 840.24  Triliun (14,66% dari total outstanding-nya).

The Fed telah mengindikasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 atau adanya penurunan suku bunga sebanyak tiga kali yang akan berdampak positif bagi pasar finansial dunia termasuk Indonesia. Tampaknya AS akan lebih mengalami soft landing karena untuk tahun 2023 ekonomi diprediksi masih tumbuh 2.6% yoy sedangkan tahun 2024 diprediksi tumbuh 1.4% yoy. Bank Indonesia juga diprediksi akan mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Pasar obligasi akan bereaksi positif terlebih dahulu akibat perbaikan kondisi makroekonomi yang akan diikuti positifnya kinerja di IHSG.

 

Tetaplah berinvestasi!