Artikel
Dampak Hasil Pemilu Presiden AS Terhadap Stabilitas Pasar Finansial Global dan Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 04-Nov-2024 11:39:08 - by admincontent2

Zona Amerika

  • Perekonomian kuartal III untuk data yang pertama tumbuh 2.8% annualizedlebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal II sebesar 3% annualized.
  • Data pertumbuhan untuk pendapatan dan pengeluaran personal bulan September telah dirilis, pendapatan dan pengeluaran personal bulan September masing-masing tumbuh 0.3% dan 0.5% vs pertumbuhan bulan Agustus 0.2% dan 0.3% mom.
  • Data ketenagakerjaan bulan Oktober telah dirilis, nonfarm payroll hanya bertambah 12.000 terendah sejak Desember 2020. Sedangkan tingkat pengangguran tetap berada di level 4.1% bulan Oktober.
  • Pekan ini the Fed akan membahas kebijakan moneter yang diprediksi akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Pasar memprediksi bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 100 bps di tahun 2024.
  • Hari Selasa akan dilaksanakan pemilihan presiden AS, hal ini seharusnya dapat mengurangi risiko ketidakpastian karena pasar akan lebih mengetahui kebijakan AS di masa mendatang setelah presiden yang baru terpilih.

Zona China

  • Kondisi manufaktur bulan Oktober berada di fase ekspansi di level 50.3 setelah mencatatkan kontraksi sebesar 49.3 bulan September.
  • China diprediksi akan mengumumkan paket stimulus lebih detil akhir pekan ini agar ekonomi China dapat mencapai target.

Zona Indonesia

  • Kondisi manufaktur bulan Oktober masih berada di fase kontraksi di level 49.2 sama dengan pencapaian di level September.
  • Inflasi bulan November kembali terkendali hanya tumbuh 1.71% yoy/0.08% mom vs pertumbuhan inflasi 1.84% yoy/-0.12% mom bulan Oktober.
  • Data pertumbuhan ekonomi kuartal III akan dirilis pekan ini, diprediksi tumbuh 5% yoy vs 5.05% yoy kuartal II.
  • Tingkat kepercayaan konsumen bulan Oktober akan dirilis pekan ini, diprediksi masih berada di fase optimis di level 123.2
  • Cadangan devisa bulan Oktober akan dirilis pekan ini, bulan September Cadangan devisa tercatat sebesar US$ 149.9 miliar.

Market View:

IHSG selama sepekan ditutup melemah -2.46% WoW di level 7.505,57. Pekan ini banyak sentimen global khususnya dari AS terkait hasil presiden AS terbaru serta keputusan the Fed yang diprediksi akan ada penurunan suku bunga acuan. Selain itu pihak China juga diproyeksi akan memberikan stimulus lebih lanjut agar perekonomian China dapat sesuai target. Sentimen-sentimen global ini diharapkan dapat memberikan efek positif tambahan bagi IHSG pekan ini. Asing mencatatkan penjualan  bersih sebesar IDR 2.65 T selama sepekan (inflow YTD: IDR 38.26 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor transportasi & logistik, konsumer non siklikal dan industri dasar masing-masing sebesar -2.85%, -2.73%, dan -2.31% secara mingguan.

Pada tanggal 1 November 2024, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0101) naik menjadi 6,68%, yield benchmark 10 tahun (FR0100) naik menjadi 6,77%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0098) flat menjadi 6,98% dan yield benchmark 20 tahun (FR0097) naik menjadi 7,01%.

Untuk INDON 10 tahun (INDON 34), yield bergerak naik di level 5,01% dan yield US Treasury 10 tahun naik di 4,36% (dibandingkan dengan posisi per 25 Okt 2024 yaitu 4,95% dan 4,23%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun naik ke level 71.96 bps. Rupiah ditutup melemah 0,54% WoW pada level 15.732.

Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 31 Oktober 2024 tercatat sebesar 885.57 Triliun atau sebesar (14,89% dari total outstanding-nya) menurun dibandingkan posisi per 25 Oktober 2024 yaitu sebesar IDR 887.89  Triliun (15,02% dari total outstanding-nya). 

The Fed telah mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 untuk pertama kalinya di bulan September dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Meski penurunan suku bunga acuan cukup banyak sebesar 50 bps, tampaknya AS masih tetap mengalami soft landing karena untuk tahun 2024 ekonomi diprediksi masih tumbuh 2.1% yoy sedangkan tahun 2025 diprediksi tumbuh 2% yoy. Bank Indonesia juga diprediksi akan mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Pasar obligasi akan bereaksi positif terlebih dahulu akibat perbaikan kondisi makroekonomi yang akan diikuti positifnya kinerja di IHSG.

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,505

6,77

5,01

4,36

15.732


Economic Data:

Indonesia Neraca Perdagangan September (USD)

Indonesia Ekspor September (% YoY)

Indonesia Impor September (% YoY)

3,26 miliar

6,44

8,55