Artikel
Surplus Neraca Perdagangan: Dorongan Positif bagi Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 11-Nov-2024 11:37:11 - by admincontent2

Zona Amerika

  • Sesuai ekspektasi the Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps, pasar masih memprediksi the Fed kembali akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps di bulan Desember.
  • Data inflasi bulan Oktober akan dirilis pekan ini, diprediksi tumbuh 2.6% yoy/0.2% mom vs pertumbuhan inflasi bulan September sebesar 2.4% yoy/0.2% mom.
  • Data penjualan retail bulan Oktober akan dirilis, diprediksi akan ada pertumbuhan sebesar 0.3% mom vs pertumbuhan 0.4% mom bulan September.
  • Presiden AS terbaru telah terpilih yaitu Donald Trump, ekspektasinya adalah harga minyak dunia akan mengalami penurunan karena presiden Donald Trump akan menggenjot produksi minyak, hal ini akan berdampak pada menurunnya tingkat inflasi AS serta ekspektasi penurunan tingkat suku bunga acuan oleh the Fed. Potensi akan mengenakan tarif impor yang tinggi atas produk-produk China, namun aktivitas impor dari negara China hanya merepresentasikan sekitar 10% sehingga akan berdampak minim terhadap tingkat inflasi US.

Zona China

  • China mengumumkan paket stimulus senilai 10 triliun yuan selama 5 tahun atau paket stimulus akan dialokasikan sebesar 2 triliun yuan per tahunnya.

Zona Indonesia

  • Perekonomian Indonesia kuartal III tumbuh 4.95% yoy lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5.05% yoy kuartal II.
  • Cadangan devisa bulan Oktober mengalami peningkatan, tercatat sebesar US$ 151.2 miliar vs US$ 149.9 miliar bulan November.
  • Tingkat kepercayaan konsumen bulan Oktober akan dirilis diprediksi masih berada di fase optimis atau di atas level 100.
  • Data penjualan retail bulan September akan dirilis pekan ini, diprediksi hanya tumbuh 2.5% yoy vs pertumbuhan 5.8% yoy bulan Agustus.
  • Neraca perdagangan bulan Oktober akan dirilis, diprediksi masih tercatat surplus US$ 3.3 miliar vs surplus US$ 3.26 miliar bulan September.

Market View:

IHSG selama sepekan ditutup melemah -2.91% WoW di level 7.287,19. Pekan ini terdapat dua sentimen global dan domestik yang cukup penting yaitu data pertumbuhan inflasi AS bulan Oktober yang diprediksi masih terkendali serta neraca perdagangan bulan Oktober yang diprediksi masih tercatat surplus, sentiment-sentimen ini diharapkan dapat memberikan efek positif bagi IHSG.  Asing mencatatkan penjualan  bersih sebesar IDR  4.50 T selama sepekan (inflow YTD: IDR 33.76 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor teknologi, konsumer siklikal dan infrastruktur masing-masing sebesar -5.27%, -3.49%, dan -3.46% secara mingguan.

Pada tanggal 8 November 2024, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0101) turun menjadi 6,58%, yield benchmark 10 tahun (FR0100) turun menjadi 6,69%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0098) turun menjadi 6,87% dan yield benchmark 20 tahun (FR0097) turun menjadi 6,92%.

Untuk INDON 10 tahun (INDON 34), yield bergerak flat di level 4,97% dan yield US Treasury 10 tahun flat di 4,31% (dibandingkan dengan posisi per 1 Nov 2024 yaitu 5,01% dan 4,36%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun turun ke level 69.09 bps. Rupiah ditutup menguat 0,38% WoW pada level 15.672.

Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 7 November 2024 tercatat sebesar 880.92 Triliun atau sebesar (14,78% dari total outstanding-nya) menurun dibandingkan posisi per 1 November 2024 yaitu sebesar IDR 882.08  Triliun (14,83% dari total outstanding-nya).

The Fed telah mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 untuk pertama kalinya di bulan September dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Meski penurunan suku bunga acuan cukup banyak sebesar 50 bps, tampaknya AS masih tetap mengalami soft landing karena untuk tahun 2024 ekonomi diprediksi masih tumbuh 2.1% yoy sedangkan tahun 2025 diprediksi tumbuh 2% yoy. Bank Indonesia juga diprediksi akan mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Pasar obligasi akan bereaksi positif terlebih dahulu akibat perbaikan kondisi makroekonomi yang akan diikuti positifnya kinerja di IHSG.

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,287

6,69

4,97

4,31

15.672


Economic Data:

Indonesia Neraca Perdagangan September (USD)

Indonesia Ekspor September (% YoY)

Indonesia Impor September (% YoY)

3,26 miliar

6,44

8,55