Artikel
Letter from CEO : Investasi di Tengah Ketidakpastian
Berita Utama | 19-Mar-2020 17:58:55 - by boadmincontent

Nasabah yang kami hormati,

Penyebaran virus korona atau COVID 19 semakin pesat. Di Indonesia per hari ini sudah mencapai 227 kasus sejak kasus pertama di umumkan 16 hari lalu oleh Presiden Jokowi. Di dunia sendiri sejak WHO mendapatkan laporan dari Cina pada tanggal 31 Desember 2019, jumlah kasus COVID 19 sudah melewati angka 200,000 di lebih dari 160  negara, dengan tingkat kematian mencapai hampir 8,000 orang (3200 di Cina).  Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO resmi mengumumkan COVID 19 sebagai pandemi dunia. 

Dari sisi investasi, pertanyaan pertama tentunya implikasi yang ditimbulkan pada roda bisnis dan perekonomian. Ekonomi tentunya akan melambat. Tahun lalu banyak dipengaruhi perang dagang US-Cina, tahun ini tentunya banyak disebabkan oleh menurunnya aktifitas bisnis karena pembatasan mobilisasi fisik dan menurunnya permintaan. Perang harga minyak antara Arab dan Rusia juga didasari kekuatiran berkurangnya pendapatan minyak mengingat menurunnya pertumbuhan ekonomi global.

Beberapa bursa utama turun antara 25% sampai 35% sejak awal tahun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 34% menuju 4.402, tingkat yang kita lihat 5 tahun yang lalu. Reaksi investor saham saat tidak dapat disalahkan karena sulit memperkirakan dampak pasti pada pertumbuhan ekonomi baik di Indonesia maupun global. Rupiah sendiri melemah lebih dari 10% sepanjang tahun ini, sebagian besar karena investor asing melakukan aksi jual portofolio.

Namun tentunya kita bisa belajar dari beberapa periode krisis di masa lalu. Pada tahun 2014 ketika virus Ebola mewabah, indeks dunia yang terangkum dalam MSCI World Index turun lebih dari 10% dari tingkat tertingginya dan IHSG pun ikut turun 4 % dari tingkat tertingginya. Namun tidak lama setelahnya MSCI World Index dan IHSG berhasil bangkit dengan cepat dan mencatatkan kenaikan lebih dari 15% hanya dalam kurun waktu enam bulan saja. Pada tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan global, MSCI World Index  dan IHSG turun lebih dari 50% namun berhasil mencatatkan kenaikan lebih dari 70% dalam masa pemulihan. 

Di era kemajuan teknologi, respon otoritas keuangan dan Pemerintah semakin cepat dan semakin efektif dalam mengidentifikasi krisis dan melakukan upaya pemulihan yang tepat waktu. Peran investor domestik juga dapat menahan laju pelemahan di pasar saham dan obligasi.  

Lalu bagaimana investor harus bersikap? Menurut kami, harus tetap tenang. Investasi tentunya membutuhan daya tahan dan disiplin untuk mendapatkan hasil optimal. Hal tersebut bisa kita lihat dari  kinerja bulanan pasar saham dan pasar obligasi yang lebih dari 60% mencatat hasil positif. Ini penting untuk menunjang investasi secara regular. Data tersebut berbanding lurus dengan kinerja dari Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia seperti yang terangkum dalam Infovesta Equity Fund Index dan Infovesta Fixed Income Fund Index dimana dalam periode +/- 19 tahun (2 Januari 2001 – 17 Maret 2020) mencatat rata-rata imbal hasil tahunan (annualized return) yang positif yaitu 9,29% dan 7,34%. 

Kita berharap tentunya bisa keluar dari pandemi ini secepatnya. Seluruh negara juga telah melakukan upaya untuk mengurangi penyebaran virus, termasuk Indonesia yang telah menghimbau Gerakan social distancing, Work From Home dan meliburkan sekolah. Kami, Danareksa Investment Management dalam rangka mendukung himbauan Pemerintah dan menempatkan prioritas pada keselamatan dan kesehatan karyawan sejak Rabu 17 Maret 2020 telah memberlakukan kebijakan Work From Home. Meski demikian, kualitas pelayanan nasabah tetap menjadi perhatian utama kami. Nasabah tentunya masih bisa melakukan berbagai aktifitas investasi bersama Danareksa Investment Management seperti biasa melalui aplikasi InvestASIK, Call Center maupun melalui situs kami.

 Keep Calm and Stay Investing

Marsangap P. Tamba - Direktur Utama PT Danareksa Investment Management