Artikel
Pasca Rebalancing MSCI: IHSG Diharapkan Selaras dengan Kondisi Fundamental
Berita Utama | 25-Nov-2024 11:30:37 - by admincontent2

Amerika Serikat

  • Beberapa data yang akan dirilis minggu ini meliputi:
  • Pertumbuhan PDB Q3 (estimasi ke-2). Estimasi ke-1 telah dirilis, menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 2,8% dibandingkan dengan 3% tahunan di Q2.
  • Pendapatan pribadi dan pengeluaran pribadi untuk bulan Oktober diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,3% dan 0,4% MoM.

China

  • Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjamannya pada penetapan November. Suku bunga acuan pinjaman 1 tahun, patokan untuk sebagian besar pinjaman perusahaan dan rumah tangga, dipertahankan pada 3,1%. Sementara itu, suku bunga acuan untuk hipotek properti 5 tahun dipertahankan pada 3,6%

Indonesia

  • Pinjaman meningkat sebesar 10,92% yoy pada Oktober 2024, menandai pertumbuhan terlemah sejak Desember 2023.
  • Bank Indonesia mempertahankan suku bunga sebesar 6% untuk mendukung stabilisasi nilai tukar IDR terhadap USD.
  • Defisit berjalan Indonesia pada Q3 tercatat USD -2,2 miliar, turun dari USD -3,2 miliar pada Q2, defisit transaksi berjalan mewakili 0,6% dari PDB Indonesia. Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan sekitar 0,1-0,9% dari PDB untuk tahun 2024.
  • Jumlah uang beredar M2 tumbuh 6,7% yoy pada Oktober, turun dari 7,2% yoy pada September.
Market View:
Indeks Harga Saham Gabungan meningkat sebesar 0,48% WoW menjadi 7.195,57. IHSG tampak memasuki teritori positif setelah mencatat tren penurunan selama 4 minggu terakhir. Menyusul aktivitas rebalancing MSCI minggu ini, di mana bobot Indonesia berkurang, IHSG diperkirakan akan bergerak ke teritori positif sejalan dengan fundamentalnya. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp3,65 triliun selama seminggu terakhir (YTD inflow: Rp25,46 triliun). Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi adalah teknologi, konsumen siklikal, dan infrastruktur yang masing-masing naik sebesar 4,56%, 2,22%, dan 2,03% secara mingguan.

Pada 22 November 2024, imbal hasil obligasi pemerintah acuan 5 tahun (FR0101) meningkat menjadi 6,71%, imbal hasil obligasi acuan 10 tahun (FR0100) tetap stagnan di 6,88%, imbal hasil obligasi INDON 10 tahun (INDON 34) tetap stagnan di 5,17%, sedangkan imbal hasil US Treasury 10 tahun juga tetap stagnan di 4,41% dibandingkan posisi mereka pada 15 November 2024, masing-masing sebesar 5,12% dan 4,43%. Premi risiko Indonesia, sebagaimana tercermin dalam CDS 5 tahun, meningkat menjadi 74,05 bps. Rupiah tetap stagnan di -0,01% WoW, ditutup pada Rp15.875.

Kepemilikan asing pada pasar Surat Utang Negara (SUN) per 21 November 2024 tercatat sebesar Rp875,23 triliun (14,63% dari total outstanding), menurun dari posisi per 15 November 2024 yang sebesar Rp879,21 triliun (14,71% dari total outstanding).

The Fed menerapkan kebijakan moneter yang longgar pada tahun 2024 dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 75 bps. AS masih tetap mengalami soft landing, karena ekonomi diperkirakan tumbuh 2,1% YoY pada tahun 2024, dan 2% YoY pada tahun 2025. Bank Indonesia diprediksi akan menerapkan kebijakan moneter yang longgar pada tahun 2024, yang akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi bereaksi positif terlebih dahulu karena kondisi makroekonomi yang membaik, yang kemudian akan diikuti oleh kinerja positif IHSG.

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,195

6,88

5,17

4,41

15.875


Economic Data:

Indonesia Trade Balance October (USD)

Indonesia Export October (% YoY)

Indonesia Import October (% YoY)

2,47 B

10,25

17,49