Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Zona Amerika
Pertumbuhan ekonomi kuartal II untuk data yang kedua telah dirilis kontraksi 0,6% secara tahunan lebih baik dibandingkan kontraksi data yang pertama sebesar 0,9% secara tahunan. Perekonomian AS secara teknikal telah memasuki masa resesi, setelah kontraksi juga di kuartal I sebesar 1,6% secara tahunan.
Pimpinan the Fed pada Jakson Hole simposium memberikan pernyataan bahwa tetap akan menaikkan suku bunga untuk menurunkan tingkat inflasi yang merupakan level tertinggi selama 40 tahun terakhir. Tingkat inflasi mungkin sudah di level puncak tapi belum menunjukkan penurunan.
Data ketenagakerjaan bulan Agustus akan dirilis pekan ini, tingkat pengangguran diprediksi tetap berada di level 3,5% sedangkan nonfarm payroll diprediksi bertambah 285.000 vs penambahan bulan Juli sebesar 528.000
Zona Asia
Kondisi manufaktur China bulan Agustus akan dirilis pekan ini diprediksi masih berada di fase ekspansi 50,2 vs 50,4 bulan Juli.
Zona Indonesia
Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75%. Gubernur Bank Indonesia menyebutkan bahwa kenaikan suku bunga ini untuk mengantisipasi kenaikan inflasi kedepannya akibat kenaikan BBM nonsubsidi dan volatile food.
Kredit perbankan di bulan Juli tetap tumbuh 10,71% secara tahunan vs 10,66% secara tahunan di bulan Juni.
Inflasi bulan Agustus akan dirilis pekan ini diprediksi tumbuh 4,86% yoy/-0,05% mom vs 4,94% yoy/0,64% mom bulan Juli.
Market View:
IHSG selama sepekan ditutup melemah 0,52% WoW di level 7.135,248. Pekan ini IHSG juga potensi kembali mengalami koreksi sesuai arah pasar global setelah the Fed memutuskan untuk tetap agresif menaikkan suku bunga agar inflasi dapat turun. Sedangkan sentimen negatif dari domestik adalah adanya potensi kenaikan harga BBM khususnya dari pertalite. Asing mencatatkan pembelian bersih sebesar IDR 1,61 T selama sepekan (inflow YTD: IDR 65,08 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor industri dasar, industrial dan transportasi masing-masing sebesar -1,31%,-1,15% dan -4,65% secara mingguan.
Pada tanggal 26 Agustus 2022, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0090) naik menjadi 6,57%, yield benchmark 10 tahun (FR0091) flat menjadi 7,03%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0093) flat menjadi 7,03% dan yield benchmark 20 tahun (FR0092) flat menjadi 7,13%.
Untuk INDON 10 tahun (INDON 32), yield bergerak naik di level 4,15% dan yield US Treasury 10 tahun naik di 3,03% (dibandingkan dengan posisi per 19 Agustus 2022 yaitu 4,09% dan 2,98%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun turun ke level 96.96 bps. Rupiah ditutup menguat 0,3 % WoW pada level 14,814.
Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 25 Agustus 2022 tercatat sebesar IDR 766,92 Triliun atau sebesar (15,51% dari total outstanding-nya) menurun dibandingkan posisi per 19 Agustus 2022 yaitu sebesar IDR 770,85 Triliun (15,63% dari total outstanding-nya).
Kasus harian covid-19 akibat varian omicron cenderung mengalami penurunan, pemerintah tetap menghimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan dan mempercepat proses vaksinasi. Beberapa negara di Eropa berencana untuk mencabut pembatasan sosial akibat adanya covid-19 karena dianggap varian omicron bukanlah ancaman yang serius. Indonesia bukan tidak mungkin mengikuti langkah yang sama namun akan diambil kebijakan setelah mendapatkan masukan dari pakar epidemiologi. Mobilitas masyarakat yang kembali normal akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tetaplah berinvestasi!
Market Data:
JCI | Indonesia IDR | Indon | US Treasury | USD/IDR |
7,135 | 7,03 | 4,15 | 3,03 | 14,814 |
Economic Data:
Indonesia Neraca Perdagangan Juli (USD) | Indonesia Ekspor Juli (% YoY) | Indonesia Impor Juli (% YoY) |
4,22 miliar | 32,03 | 39,86 |